Fikrul

Adaptasi di Divisi Baru


 

Astaga!Karir -

Tetapi walau masih dalam lingkungan perusahaan yang sama, Anda tetap butuh beradaptasi. Karena toh walau di lingkungan yang itu-itu juga tetapi bidang yang Anda tangani berbeda dengan sebelumnya, walau mungkin masih ada keterkaitan. Lagipula tentu saja, rekan-rekan yang Anda hadapi pun berbeda dengan rekan di divisi Anda yang dulu. Namun jika Anda menghadapi masalah ini, nggak perlu panik dan cemas, anggaplah kepindahan ini merupakan tantangan baru yang harus Anda hadapi. Sekaligus sebagai ajang untuk menambah wawasan dan pengalaman. Ketimbang Anda jenuh di bidang yang lama, mencoba kesempatan di bidang yang baru tentu lebih menyenangkan bukan..?

Sebagai pendatang di divisi baru sebaiknya Anda banyak mengamati dan menyerap keadaan sekeliling sebelum mulai merespon. Anda dapat mengadakan pengamatan sekilas atas kinerja di divisi yang baru Anda masuki, termasuk pengamatan terhadap seluruh personilnya. Misalnya bagaimana cara pencapaian prestasi di divisi tersebut, siapa leadernya, dan bagaimana gaya interaksi antar anggotanya.

Tindakan tersebut merupakan cara yang paling tepat ketimbang Anda grasa-grusu melakukan tindakan tetapi ternyata Anda salah langkah. Kemudian pelajari job deskripsi Anda dengan seksama. Dan tentu saja jangan takut untuk banyak bertanya pada rekan-rekan dan leader Anda tentang 'job des' Anda di divisi baru tersebut.

Cobalah untuk menyelesaikan tugas sesuai kemampuan yang Anda miliki. Nggak perlu merasa risih, jika Anda seringkali diminta membantu ini itu oleh rekan Anda di divisi baru. Kalau Anda mampu menyelesaikan tugas demi tugas dengan baik, tentu rekan-rekan dan atasan yakin bahwa Anda bisa diterima di divisi tersebut.

Pada forum-forum diskusi yang lebih serius jangan ragu untuk mengungkapkan ide-ide yang dapat melengkapi pemikiran kelompok. Jangan lupa untuk tetap membuka mata dan telinga lebar-lebar terhadap informasi yang berkaitan dengan proses kemajuan divisi Anda. Hal yang tak kalah penting adalah, asahlah kepekaan Anda terhadap cara penyelesaian untuk tiap kesulitan kerja yang Anda hadapi.

Kemudian bina dan jagalah kekompakan dengan rekan-rekan satu divisi. Tumbuhkan jiwa kompetitif yang sehat dalam diri Anda. Jika Anda mampu bekerja secara optimal secara pribadi maupun kelompok berarti Anda telah berhasil memberi kontribusi berarti bagi divisi baru Anda. Goodluck..!






Fikrul

Adaptasi Bahan Pengganti Merkuri



Adaptasi Bahan Pengganti Merkuri


       Membaca tulisan “Indonesia Bukan Tanah Surga” (Jawa Pos, 23/4/2012), membuat penulis mengernyitkan alis dan dahi. Timbul sebuah tanda tanya besar, dalam sisi apa kesimpulan semacam itu bisa dianggap sahih? Jika parameter yang dipakai adalah wajah buramnya ekologi Indonesia, maka kesimpulan menjadi kurang akurat. Jika hanya mengkambing-hitamkan tertundanya konversi bahan bakar minyak ke gas, tentu kurang masuk akal. Ada faktor lain yang selama ini tidak disadari: penggunaan dan pengelolaan merkuri.


        Masyarakat yang mencari nafkah dengan cara menambang emas tentu sudah sangat akrab dengan merkuri. Merkuri merupakan bahan utama yang digunakan untuk mengikat emas dalam proses amalgamasi. Namun pengetahuan mereka hanya terbatas pada nilai/kadar emas yang didapatkan, bukan pada efek negatif yang terjadi di lingkungan. Yang nomor satu adalah urusan makan, efek yang ditimbulkan itu nomor sekian.

        Dalam proses amalgamasi, secara sederhana, merkuri yang dipakai untuk mengikat emas akan langsung menguap dan terbuang ke udara. Mereka tidak menyadari bahwa merkuri itu sangat berbahaya! Jika terhirup oleh manusia akan mengganggu fungsi otak, ginjal, dan cacat lahir. Maka, pembatasan dan pengelolaan merkuri secara ketat sangat diperlukan.

        Maka, tepat kiranya langkah yang diambil oleh Lembaga Pengembangan Hukum Lingkungan Hidup (ICEL): mengajukan draf pengelolaan merkuri kepada Deputi Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Jika draf pengelolaan ini disetujui, bukan hanya lingkungan hidup sehat yang terpenuhi, tapi alternatif pengganti merkuri juga dapat teratasi.

Adaptasi Logistik

       Jika ICEL hanya mengajukan draf pembatasan dan pengelolaan merkuri, tentu tak serta-merta sertifikasi merkuri langsung terpenuhi. Ada tawaran yang jitu dari Balifokus, ICEL, yaitu mengganti bahan baku utama merkuri dengan sianida. Dalam berbagai literatur dibahas bahwa sianida, seperti halnya merkuri, juga beracun. Namun, sianida mempunyai kontrol yang lebih mudah, sehingga mudah terdegradasi oleh sinar ultraviolet dari matahari.

        Selanjutnya, permasalahan yang muncul adalah seberapa besar Balifokus dapat menyediakan sianida sebagai logistik pengganti merkuri? Meminjam istilah Renaldkasali, “Logistik yang buruk atau dikelola ‘asal jadi’ bisa membuat sumber daya manusia dan alam menjadi hilang.” Kita jadi mafhum bahwa, bukan hanya sertifikasi merkuri dan logistik yang memadai, tetapi adaptasi masyarakat juga menjadi harga mutlak.

        Program yang tepat perlu dirancang untuk mensosialisasikan kebijakan baru ini. Kurang konkretnya program bisa berakibat pada kebingungan masyarakat dalam menggunakan sianida. Akibatnya, menjadi tidak jelas keberhasilan dari dari upaya adaptasi yang diterapkan. Jika salah dalam mengelola, seperti halnya wacana konversi bahan bakar minyak ke gas, terjadi penolakan dimana-mana!

       Sebuah barang yang baru, memang biasanya menuai banyak kritik dan tak lepas dari berbagai macam kontroversi. Masih kuat diingatan, saat pertama kali diterapkan, gas elpiji juga menjadi buah permasalahan. Namun setelah berulang-kali digunakan dan kekurangan perlahan-lahan dibenahi, ketergantungan masyarakat terhadap minyak dapat direduksi. Elpiji pun menjadi pilihan nomor satu karena harganya terjangkau oleh kantong rakyat.

       Jika boleh memperbandingkan, maka ihwal terkait elpiji ini bisa diambil pelajaran lebih dini dalam pengelolaan merkuri. Sekecil apapun pengaruhnya, adaptasi masyarakat dan kuat-lemahnya fasilitas logistik sianida pengganti merkuri perlu diperhitungkan secara matang. Apalagi kita menyadari bahwa sekarang ini, menurut Data Kementrian Perdagangan 2012, alokasi impor sebesar 2,2 ton dengan realisasi 1,25 ton. Sebagian besar merkuri masuk di Indonesia secara ilegal.

      Melihat geliat para penambang yang semakin tak mengindahkan aturan, sampai saat ini dapat dipastikan bahwa mereka tidak pernah merisaukan akan berbagai kerusakan. Bahkan untuk mendapatkan segenggam tanah berisi emas, tanah galian menjadi rebutan, hingga korban bertebaran. Anehnya mereka tidak sadar bahwa bencana ekologi lebih besar telah menunggu di depan jalan. Potret seperti inilah kiranya yang bisa kita nilai sebagai “Indonesia bukan tanah surga.”

       Draf pengelolan merkuri telah diajukan, sianida bahan logistik pengganti merkuri pun telah ditawarkan, tinggal menanti bukti dan kesungguhan untuk melaksanakan. Kembali meminjam istilah Renaldkasali, bahwa posisi logistik itu sebagai “channel.” Maka, dengan melihat bahaya yang ditimbulkan oleh merkuri, jelas dibutuhkan dukungan dari masyarakat untuk beradaptasi. Jika kondisi ini terpenuhi dan merkuri bisa direduksi, bolehlah kita berujar bahwa “Iklim Indonesia adalah iklim surga!”  

Fikrul

SECERCAH API HARAPAN MOTIVATION


 SECERCAH API HARAPAN SEBONGKAH JANJI KEMENANGAN

Sekecil apapun api harapan, pada suatu saat mampu mengobarkan semangat hidup, mewujudkan impian besar, mengusir keputusasaan dan bahkan menyembuhkan penyakit seberat apapun. Kita pernah menyaksikan bahwa ratusan rumah musnah dilanda kebakaran bahkan kerangka baja yang kokoh itu meleleh tidak mampu menunjukkan keperkasaannya tersebab oleh percikan api kecil yang kemudian menjadi besar dan menakutkan. Itulah kekuatan api dan itu pula kekuatan sebuah harapan. Bermula dari harapan, Thomas Alfa Edison untuk menerangi dunia dia berulang-ulang membakar filament menciptakan bohlam. Berawal dari harapan pula manusia dapat terbang seperti burung -- Wright bersaudara menciptakan pesawat terbang. 

Banyak kesaksian, bahwa tersebab harapan orang buta tiba-tiba bisa melihat - Subhanallah, orang lumpuh mampu berlari, orang bisu langsung berteriak. Kini, semakin banyak orang meyakini bahwa harapan dapat mengundang mukjijat. Seperti halnya mukjijat yang diberikan kepa Nabi Musa A.s. dengan tongkatnya, dan juga kepada nabi Ibrahim A.s. terhadap api yang membakarnya, dan Nabi Yaqub A.s. dalam menyembuhkan kebutaannya. Doa itu adalah suatu harapan, kepada Dzat yang maha kuasa. Oleh karena itu jagalah api itu agar tetap bernyala di hatimu. Api harapan itu adalah anugerah Tuhan yang diberikan kepada semua orang yang mau mengaktualisasikaannya dalam doa kemudian menjadikanya senjata ampuh dalam mengarungi kehidupan yang semakin penuh tantangandan ketidakpastian.Pertanyan yang perlu direnungkan adalah “apakah mukjijat yang luar biasa itu akan kita abaikan begitu saja? Padahal kita tidak harus membelinya!